Sebelum Bertanya Pada Tuhan


Bertanya Pada Tuhan



1 Tawarikh 14:11

Allah telah menerobos musuhku dengan perantaraanku seperti air menerobos

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 68; Markus 12; Bilangan 19-20

Setiap orang selalu menginginkan keberhasilan dalam hidupnya, Dan, kunci untuk menggapai keberhasilan, misalnya dengan belajar tekun serta bekerja keras. Itu sajakah? Mari melihat pengalaman Daud dan mengamati apa yang menjadi kunci keberhasilannya.Baca renungan ini lebih lanjut di SINI




Raja Daud selalu bertanya pada Tuhan...Bertanya pada Tuhan bukan hanya tanda penundukan dirinya, tapi juga sebagai tanda cintanya pada Tuhan. 

Pagi ini baca renungan di atas dan menemukan rhema baru. Selama ini saya sering diajarkan untuk apa-apa tanya Tuhan, sebelum melakukan sesuatu tanya Tuhan. Saya melakukanya dan lama-lama menjadi kebiasaan.

Sayangnya beberapa bulan belakangan ini, pertanyaan saya pada Tuhan bukan lagi seperti yang dulu saya lakukan. Saya bertanya pada Tuhan untuk mencari backingan, mencari pembela, mencari pendapat yang mendukung apa yang saya mau. Semuanya hanya untuk ego saya pribadi.

Waktu membaca renungan di atas mata saya terbuka lagi, bertanya sama Tuhan bukan cuma bicara soal hubungan yang erat dengan Tuhan. Bukan cuma komunikasi yang intens dengan Tuhan, tapi sebagai tanda bahwa itu penundukan diri kita terhadap kehendak-Nya. Yang artinya, sebelum kita bertanya pada Tuhan, kita sudah memutuskan untuk tunduk dan taat bahwa apa pun yang menjadi jawaban Tuhan, kita akan ikuti. Hal ini yang sudah saya lupakan sejak lama. Pada akhirnya setiap kali saya bertanya dan Tuhan menjawab, banyak alasan yang saya buat, banyak rasionalisasi dan excuse yang saya lontarkan untuk menghindari apa yang Ia katakan.

Sikap hati saya itu sudah menunjukkan gambaran bahwa sejak awal saya tidak taat. Sejak awal saya tidak tunduk dan merendahkan diri pada Tuhan sebelum saya bertanya. Bertanya pada Tuhan pada akhirnya hanya kewajiban dan menjadi alat pembenaran diri, yang jika kita tidak hati-hati, mungkin saja bukan suara Dia yang kita dengar.

Saya bersyukur Tuhan bukain renungan ini. Mata saya terbuka dan saya mengerti, sekalipun sepertinya saya baik-baik saja...Pada kenyataannya saya seperti orang Farisi, banyak tahu tentang hukum dan Firman Tuhan, tapi ternyata saya tersesat dan kehilangan.

Lebih dari semua hal yang kita anggap penting, saya ingin selalu mengingat, bahwa hubungan saya dengan Tuhan adalah hal terpenting di atas segalanya. Bukan visi saya, bukan pelayanan saya, bukan panggilan saya, dan bukan kehidupan ibadah saya. Pusat semuanya itu adalah hubungan saya dengan Tuhan..Amin.

0 Comments