Wanna Go Back To The Past

Akhir-akhir ini, entah kenapa, hati saya seperti pengen banget kembali ke masa lalu. Huehehhe...Bukan masa lalu yang buruk, tapi masa lalu yang tenang. Padahal masa-masa itu, masa saya masih jadi 'ababil'.



Masa apa sih itu? Emangnya ada apa di masa itu? Tidak ada yang spesial, tapi saat-saat itu saya ada banyak waktu untuk menuliskan imajinasi saya dalam kata-kata. Atau menuangkan visualisasi saya dalam gambar-gambar, walaupun hanya hitam putih.

Mungkin dari sekian banyak ingatan tentang masa SMA saya, yang paling saya ingat hanya saat-saat itu. Mungkin aneh ya, saat orang-orang bilang masa SMA itu paling menyenangkan  waktu kumpul dengan teman-teman, justru saya merasa paling menyenangkan waktu saat-saat sendiri saya.

Introvert mentok kali ya. Yang pasti akhir-akhir ini saya sering mengingat saat-saat itu. Merasa tenang dan teduh. Nulis surat buat Tuhan, menulis cerpen, belajar main gitar, menggambar sepuasnya....Apalagi kalau waktu hujan...

Orang-orang banyak curhat pada saya, tapi saya sendiri tidak pusing harus curhat pada siapa. Saya menyimpan masalah saya sendiri dan membawanya pada Tuhan tiap malam. Saya benar-benar tidak berpikir, siapa yang akan mendengarkan dan memberikan waktu buat saya?

Saya menolong orang lain, tanpa memusingkan siapa yang akan menolong saya. I did everything by myself. Bukan karena sombong tidak minta tolong, tapi karena saya memang bisa melakukan beberapa hal sendiri.

Saat-saat itu seperti hanya ada aku dan Tuhan...terdengar aneh tidak ya...

Baiklah, mungkin perbedaannya dengan sekarang...Saya membantu orang karena saya benar-benar peduli. Ingin orang lain itu merasa dikasihi, ingin orang itu bisa hidup lebih baik. Tapi kalau melihat orang itu tidak berubah, saya kecewa. Merasa bayar harga saya sia-sia.

Tapi ya buat apa juga ya terlalu peduli sampai seperti itu?? My friend and Aki bertanya...Apa yang saya kejar??

Saya berusaha terlalu keras, berusaha memberi yang terbaik...Ternyata sedang menyiksa diri sendiri. Saat orang lain santai, saya malah terlalu keras berusaha. Berat sebelaahh cuuyyy...Pantesan cape sendiri...

Saat saya memikirkan tentang orang lain, apa-apa mikirin orang lain...masalah waktu mikirin orang lain, masalah duit mikirin orang lain, mau kayak gini mikirin orang lain, mau kayak gitu mikirin orang lain...

I didn't do that waktu SMA...And I'm Ok...

Sekarang saya belajar untuk tidak terlalu ambil pusing dengan hidup orang lain....Bahkan saat menulis kalimat ini pun saya merasa bersalah...Kalian pasti tahu kenapa... Yup..Kasih yang menjadi dingin.

Saya sendiri menyadarinya. Saya sedang tidak di padang gurun, saya tidak sedang melakukan dosa yang aneh-aneh...Tapi saya menahan kasih saya, supaya tidak terluka...

Bisa dibilang sudah terlalu lelah memikirkan orang lain. Orang lain punya masalahnya masing-masing, saya juga punya masalah saya sendiri...Saya belajar tentang itu saat saya melihat orang lain. Orang lain bisa menolak melakukan sesuatu, kenapa saya tidak? Orang lain bisa bertindak semaunya tanpa memikirkan orang lain, kenapa saya tidak?? Orang lain tidak mau bayar harga..kenapa saya harus??

Walaupun saya tahu jawabannya...Semua harus dilakukan buat Tuhan...Kalau saya masih melakukan bayar harga, perhatian pada orang lain, dan mendengarkan orang lain, tapi hati saya tidak di sana semuanya itu bullsh*t..

Lebih baik saya mundur berhenti melakukan segala hal, daripada saya melakukannya bukan dari hati..melakukan segala sesuatu dengan perasaan berkecamuk karena marah, sama dengan mempersembahkan sampah pada Tuhan... Lebih baik saya mundur dan dicap jahat...


Ingin hidup benar malah jadi tidak benar...
Ingin hidup penuh kasih malah jadi tanpa kasih...
Ingin hidup punya visi malah jadi berambisi...
 
Iblis pun bisa menyamar menjadi malaikat terang...
 
Itulah kenapa saya ingin kembali ke masa lalu....Saya menulis tanpa takut dinilai apakah tulisan saya jadi berkat atau tidak, apakah gambar saya jadi berkat atau tidak...Hanya ada pemikiran sederhana...Saya ingin menulis, saya ingin menggambar, orang datang pada saya bercerita dan saya mendengarkan.. tidak ada embel-embel kewajiban, jadi teladan dsb...
 
Saya memutuskan untuk mundur dari setiap standar yang saya bangun beberapa tahun ini...Saya harus menarik semua standar dan nilai-nilai itu...Membongkarnya...
 
Ada 1 hal yang terkubur diantara standar2 yang ada...Hal yang sangat penting dan saya sudah melupakannya...
 
Ketulusan...
 
Ketulusan itu berarti mengasihi, memberi, melakukan segala sesuatu tanpa embel2 apa pun...tanpa embel2 mengejar visi, tanpa embel-embel mengejar mahkota, tanpa embel-embel karena kita harus melayani, harus ini dan itu....
 
Tulus berarti bicara apa adanya...melakukan apa adanya...tidak ada beban...Kalau orang tidak suka tidak apa-apa, karena memang hanya ingin melakukan yang dari hati...
 
Tulus itu seperti kepolosan anak-anak...jika A ya A...jika B ya B...Tidak ada ketakutan....
 
Saya sedang mencari itu...
 
Ngomong-ngomong saya bisa merasakannya kalau sedang ada di rumah... :p
 

1 Comments

  1. *kerjaan ada.. ngintip blog.. krn bosen* :P

    g suka n rhema ama kalimat
    "Ketulusan itu berarti mengasihi, memberi, melakukan segala sesuatu tanpa embel2 apa pun...tanpa embel2 mengejar visi, tanpa embel-embel mengejar mahkota, tanpa embel-embel karena kita harus melayani, harus ini dan itu...."

    BalasHapus