Cinta Yang Lebih Dalam


Hari ini saat kumpul "bocah-bocah tua", tiba-tiba seorang teman mengangkat topik pembicaraan tentang visi. Berat cuyy..Yup, pergumulannya tentang visi dan passion yang biasanya dialami banyak anak Tuhan baik sudah menemukan gambaran besar visinya atau pun masih sepotong-sepotong..


Pembicaraan ini tiba-tiba mengingatkan saya pada satu hal...mungkin beberapa hal...Sekarang-sekarang ini Gereja banyak sekali mengajarkan tentang hidup maksimal, menggapai visi dan panggilan, memberi yang terbaik dan sebagainya. Semuanya benar sekali dan semua anak Tuhan yang taat pasti berusaha melakukannya (termasuk saya yang berusaha sangat keras)...Banyak ajaran bagaimana harus menjadi pria yang baik atau wanitanya Allah atau bagaimana menjadi orang tua teladan, menjadi anak yang baik...


Ya..semuanya saya berusaha lakukan sampai kadang-kadang saya lupa bernafas..Kelelahan dan sesak napas. Apakah saya berhasil melakukan semua ajaran itu? Menurut saya, ya. Tapi saya lupa...Ada satu hal yang harus menjadi pusat dari semua yang saya lakukan..


KASIH

Mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan segenap pikiran...Dan mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi diri sendiri..


Ajaran yang saya terima menjadi standar di dalam hidup saya menjadi penjaga tetapi juga menjadi bumerang karena saya memberhalakannya...Menjadi stress saat saya tidak bisa mengikuti dan mencapai hal yang diajarkan..


Setiap kali saya mengingat ke belakang, saya sering bekata pada Tuhan " Tuhan, mencintaiMu tanpa mengerti banyak ajaran terasa lebih baik daripada mengetahuinya. Cintaku padaMu buta dan begitu membara..Aku mencintai sesamaku tanpa penghakiman.."


Ya, mencintai Tuhan tanpa mengetahui kebenaran seperti anggur yang memabukkan. Kita bisa melakukan apa saja seperti orang yang dimabuk cinta. Yang ingin saya lakukan hanya menyenangkan hatiNya bagaimana pun caranya..Tetapi saat banyak ajaran masuk ke dalam pikiran, setiap ajaran itu membuat saya menimbang-nimbang tindakan saya. Membuat langkah saya lebih hati-hati dan cenderung lambat...


Sempat saya menyalahkan ajaran-ajaran yang ada, tapi Tuhan membuka mata saya dan membuat saya mengerti. Ia tidak ingin saya mencintai Dia dengan buta, dengan emosi sesaat..Dia ingin saya mencintai Dia dalam keadaan apa pun..Saat saya sedang suam-suam kuku, saat saya sedang tawar hati, saat saya sedang jatuh, saat saya putus asa, saat saya tidak bisa menemukan jalan untuk visi saya, atau saat-saat saya melihat diri saya tidak berharga. Dia ingin saya mencintai Dia dalam segala kondisi..


Cinta yang semakin lama semakin kuat terikat, yang tidak bisa dilepaskan dengan apa pun, karena telah melewati banyak hal. Rasa percaya yang tidak bisa tergoyahkan dan terpatahkan, karena saya tahu siapa yang saya cintai dan percaya.


Tuhan inginkan cinta yang bukan hanya sekedar meletup-letup tapi juga dewasa dan matang. Itulah sebabnya setiap ajaran itu ada, standar itu ada...Agar saya melihat kegagalan dari iman, kegagalan karena tidak mengasihi, kegagalan karena tidak mengikuti apa kata-Nya...Kegagalan karena tidak mencapai mimpi..Kegagalan karena tidak mencapai standar.


Tetapi dibalik kegagalan itu ada rasa percaya yang semakin kuat, rasa dicintai yang semakin dalam, kasih karunia yang tak ternilai harganya...Jika pengajaran dan standar itu tidak ada..Saya tidak akan terlindungi, saya tidak akan mengerti apa artinya kasih karunia..Jatuh dan diangkat kembali...Dan semuanya itu adalah proses untuk saya semakin mencintai Dia lebih dalam lagi dan lebih dalam lagi...

0 Comments