Berhenti Menjadi Sok Pahlawan

Akhir-akhir ini entah kenapa saya berhadapan dengan hal-hal yang membuat saya marah. Terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan ego manusia.

Entahlah, mungkin bukan akhir-akhir ini saja, tapi sudah lama sekali saya melihat ego orang lain. Yang dimaksud saya dengan ego ini bukan totaly orang-orang yang egois 100 %, lebih pada mereka yang ingin dimengerti, ingin diperhatikan, ingin kekosongannya di isi, ingin dibantu, ingin ditolong...

Mereka bukan orang-orang asing buat saya, justru mereka oranng-orang yang penting buat saya. Disaat-saat seperti itu, entah kenapa saya tidak bisa berhenti bersikap menjadi sok pahlawan, dengan selalu berusaha ada buat mereka, mendengarkan mereka, membantu mereka, bahkan sekalipun saat itu saya sendiri punya masalah dan mulai kelelahan.

Tapi dibalik saya melakukan segala sesuatu buat mereka, ternyata saya tidak tulus. Saya ingin mereka berubah, mereka bisa bayar harga buat orang lain, ingin mereka bisa seperti saya, menolong banyak orang...Saya tahu pemikiran saya ini sombong sekali...Setiap kali saya melakukan hal itu saya cuma berambisi agar mereka bisa jadi orang-orang Kristen yang benar-benar memiliki kasih....Membaca tulisan ini mungkin orang hanya berkata " Kamu bukan Tuhan, Lasma."

Saya tahu, saya bukan Tuhan...Saya tidak perlu berusaha terlalu keras...Kalau begitu kenapa Paulus, kenapa Petrus, kenapa Musa, kenapa Yusuf, kenapa Daud, kenapa semua orang-orang yang tertulis di dalam Alkitab..dan kenapa Tuhan sendiri harus berusaha terlalu keras untuk menunjukkan iman dan kasih??

Mereka kan nabi dan rasul?? Kalau begitu sekarang kita santai2 saja??

Sering kali saya cuma berpikir, waktu saya sedikit dan waktu saya terbatas untuk meninggalkan apa yang sudah saya dapatkan untuk generasi saya...

Sepertinya pemikiran saya terlalu di awang-awang ya, walaupun saya benar-benar serius memikirkannnya...I feel like a stupid person...

Ya begitulah karena pemikiran itu saya menjadi orang yang sok pahlawan...Melakukan semuaaanyaaa...dan menjadi orang bodoh...

Sampai saya merasa kelelahan...Saya marah pada sahabat-sahabat saya...Marah karena melihat mereka lebih peduli dengan hidup mereka sendiri. Saat melihat mereka memanfaat orang lain, saya  marah. Saat mereka bersikap tidak peduli pada orang lain, saya marah...Saat mereka hanya meminta saya melakukan ini itu tanpa bertanya " Lasma, apa kabar lo? Kerjaan lo gimana? Gimana hubungan lo sama Aki? Ada cerita baru apa dari lo?"...

Ya, kenapa ga lo aja yang langsung cerita ke mereka??!! Mungkin ada yang berpikir begitu...
Mau cerita gimana ya??  Waktu saya sudah terlalu banyak di pekerjaan, ada masalah pasti sudah lupa. Itu pun pasti mewek dulu sama Tuhan, setelah lega sudah lupa...Walaupun saya butuh cerita juga pada orang lain. Pulang ke kosan saya sudah lelah dan ingin istirahat..Bertemu orang lagi akan membuat saya bertambah lelah

Mungkin kalau teman-teman saya tidak datang buat bercerita, atau minta tolong di saat saya sedang kelelahan saya tidak akan marah. Padahal mereka tidak memaksa....Kebiasaan saya yang lain, selalu merasa bertanggung jawab mendengarkan orang lain dan menolonng orang lain...Why?? Selalu berpikir mereka tidak punya tempat untuk cerita atau minta tolong lagi...Pikiran yang sangat bodoh..

Waktu saya sedang burn out dan orang lain curhat dan minta tolong...bentroklah dua hal di kepala saya...Keinginan untuk menyelesaikan tanggung jawab dan keinginan untuk ada buat teman..Amarah itu muncul di saat-saat saya benar-benar ingin ada yang menghibur dan membantu mengangkat beban saya, tapi yang datang orang-orang menaruh beban di bahu saya.

Tentu saja mereka tidak tahu kalau mereka  sedang menaruh beban di bahu saya (karena stress ini saya sering sakit leher dan bahu..psikosomatis... =.=)...Saat-saat seperti itu saya hanya menarik kesimpulan...They care about me coz they care about them self...Saya tahu itu pemikiran yang picik dan bodoh...tapi itulah keyakinan yang ada di kepala saya.

Sampai saya menarik kesimpulan... Why I can't stop thinking like that. Menuntut orang lain punya standar hidup seperti saya. Inilah jawabannya karakter. Lebih tepatnya kepribadian saya yang mendasar. Idealisme dan tuntutan standar yang tidak masuk akal pada diri sendiri dan orang lain.

Pemikiran saya seperti itu sulit dikendalikan. Menyuruh saya berhenti berpikir idealis berarti memerintahkan orang sanguin untuk tidak banyak bicara, atau memerintah orang plegmatis untuk banyak bicara...atau meminta orang korelis untuk menjadi lebih tenang dan sabar...

Yup, itulah akarnya...Saya terlalu banyak menerima dogma dan ajaran-ajaran yang saya jadikan standar dalam hidup saya, yang akhirnya menjadi tidak terkendali. Bukan saya yang menguasai standar saya, standar saya yang menguasai saya, yang berarti berhala.

Sekarang, (I have told to my friend) saya menjaga jarak dari teman-teman saya. Terutama sahabat-sahabat saya...Bukan karena saya membenci mereka, tapi karena masiha ada amarah. Kenapa harus jaga jarak? Kesannya tidak mengampuni. kalau saya tidak jaga jarak, saya akan semakin mencermati mereka dan melihat banyak kesalahan mereka, semakin saya marah.

Saya mencambuk diri saya sendiri untuk tidak berusaha menjadi pahlawan bagi orang lain. Saya ingin mengontrol diri saya untuk bersikap bijak. Saya bukan sumber ketenangan, bukan sumber jalan keluar, bukan sumber pertolongan bagi orang lain, bukan sumber penghiburan...Saya bukan penasehat ajaib, bukan sumber hikmat...Sekalipun Tuhan memberikan lebih banyak pada saya daripada orang lain, kemampuan untuk mengerti, kemampuan untuk mendengarkan dengan hati, kemampuan untuk melihat dengan hikmat...

Semuanya itu bisa habis dalam sekejap...Itu kenapa saya memutuskan untuk menjaga jarak..Untuk mengendalikan diri saya dan untuk membiarkan teman-teman saya mencari yang lain...Yang sebenarnya saya selalu berharap mereka terlebih dulu mencari Tuhan sebelum cerita atau minta tolong pada saya...Karena kalau mereka cari Tuhan dulu sebelum datang pada saya, pasti mereka bukan berkeluh kesah lagi, tapi bersaksi kalau Tuhan itu baik...

Walaupun aneh (tindakan saya memang selalu aneh dan tidak masuk akal, tanya saja Aki)..saya damai sejahtera dengan keputusan saya. Saya harus menekankan pada pikiran saya, saya bukan pengasuh atau ibu mereka...Biar Tuhan yang menjaga hidup mereka...Sakit hati mereka, mereka senang atau tidak, bukan tanggung jawab saya..Itu keputusan mereka sendiri mau sakit hati, mau senang atau tidak dengan hidup mereka...Tindakan, pikiran, perasaan mereka sendiri yang menentukan itu semua...Bukan tindakan,pikiran, atau perasaan saya...

Setelah menulis ini semakin merasa lega...Saya seperti menarik benang kusut di kepala saya...Diiringi lagu Natal..Jadi lebih antusias menyambut tahun depan...:D

0 Comments