Bagaimaa Kalau Dia Tidak Menyatakan Diri-Nya???


" Saya percaya kalau Tuhan sedang hadir di tempat ini."

Kalimat ini dulu saya aminkan begitu keras setiap kali ibadah atau pun komsel dan sebagainya. Tapi di satu hari Minggu, tiba-tiba saya memprotes kalimat itu. Waktu itu seorang hamba Tuhan sedang membawakan firman Tuhan dan saya memprotes kalimatnya di dalam hati. Saya sendiri tercengang dengan ketidak setujuan saya. Saat itu hanya ada jeritan di hati saya mengatakan, " Tuhan bukan 'sedang' hadir di tempat ini, tetapi Dia selalu hadir di tempat ini. Dimana ada orang-orang yang mencintai dan takut akan Tuhan, di situlah Tuhan selalu hadir. "

Iya, saat itu yang muncul di dalam hati saya, Tuhan tidak perlu di undang supaya kita merasakan hadirat-NYa, tetapi kita sendirilah yang seharusnya menyadari hadirat-Nya. Bukan hanya saat ibadah, komsel, atau berdoa, tapi di mana saja. Di setiap langkah, perkataan, tindakan, senyuman, sapaan, pekerjaan tangan kita..Di situ Tuhan hadir.

Akhir-akhir ini saya sering tertegun setiap kali orang berkata " saya tidak merasakan hadirat Tuhan di tempat ini."..dan tempat itu pun di katakan, tidak ada Tuhan di situ. Seolah-olah kehadiran Tuhan bersyarat..Kalimat ini juga mengingatkan saya tentang obrolan saya dengan Aki tentang kotbah yang ia dengar. Intinya kotbah itu mempertanyakan untuk siapa kita melakukan penyembahan, untuk diri kita sendiri atau untuk Tuhan?

Sering kali kita menyeembah Tuhan dan menikmati hadirat Tuhan, tapi ternyata kita bukan sedang menyembah Tuhan, tetapi menyembah penyembahan itu sendiri. Yang dicari bukan lagi Tuhan, tetapi rasa nyaman dari penyembahan itu...Ia disembah karena Dia memang patut disembah, bukan karena WL ga asik, bukan karena musik OK, bukan karena kita 'merasa' Tuhan hadir di tempat di mana kita ada...Tidak. Dia disembah karena Dia LAYAK DISEMBAH.

Waktu saya mendengar sharing Aki itu, saya tertampar. Saya seperti dibangunkan dari tidur. Saya jadi mempertanyakan penyembahan saya kepada Tuhan. Apakah arti penyembahan saya selama ini? Apakah benar untuk Dia atau untuk ego saya saja??

Rasanya saya ingin menangis dan minta ampun pada Tuhan saat itu juga karena saya menyadari kalau ada saat-saat saya benar-benar mencari kenyamanan saat menyembah, bukan lagi Tuhan sendiri. Saya lupa kalau saya menyembah bukan karena saya sedang haus, bukan karena saya butuh, bukan karena saya 'merasa'kan hadirat-Nya...tapi karena Dia memang HARUS dan PATUT disembah.

Saya bersyukur Tuhan bukakan hal ini pada saya karena saat saya datang dengan hati yang benar-benar menyembah karena Dia memang layak disembah, Dia membasuh hati saya melebihi saat-saat saya menyembah karena 'merasakan' hadirat-Nya.

Sekalipun saya tidak merasa seperti disetrum, sekalipun saya tidak punya masalah untuk saya adukan padaNya, sekalipun tidak ada sukacita yang perlu saya bagikan pada-Nya, SEKALIPUN seolah-olah DIa tidak menyatakan diri-Nya...Saat saya tetap menyembah Dia sebagai RAJA YANG PATUT DISEMBAH, Dia tidak diam. Dia malahan membawa saya lebih dalam lagi ke dalam hati-Nya, semakin mengenal Dia, dan semakin mengerti isi hati-Nya.

Bagaimana kalau Dia tidak menyatakan diri-Nya? Saya mau tetap menyembah Dia.

0 Comments