Ketika Suku Ikut Bicara


Hari ini topik yang sangat sensitif buat saya terangkat lagi. Padahl hari ini saya tidak merasakan akan terjadi sesuatu yang tidak enak. Puji Tuhan, reaksi saya tidak berlebihan waktu masalah sensitif itu dibicarakan.

Yah, keluar dari kamar saya pergi ke ruang makan dan bergabung dengan orangtua bersama paman dan bibi saya yang sedang makan malam. Saya tidak langsung ikutan makan tapi langsung melaporkan kalau besok saya harus ke Jakarta karena saya harus bimbingan skripsi. Tidak disangka-sangka Papa nanya dengan gaya iseng galaknya.."Ngapain lagi sih kamu pergi-pergi ke Jakarta?" Karna sadar kalau Papa lagi iseng, dengan santai saya jawab udah pasti saya mau bimbingan.

Papa tanya lagi, bukannya mau ketemu Gerry (my boyfriend) dan saya jawab kalau sekalian. Tentunya saya tidak mau berbohong dan menutup-nutupi. Dari situlah mengalir pembicaraan tentang suku.



Mama bilang Gerry harus mau jadi orang batak, kalau tidak, tidak akan diijinkan. Papa langsung nimpalin, pokoknya ga boleh sama Gerry...Haduh...Saya sempat merasa terancam. Sudah pasti obrolan akan menjadi lebih serius.

Memang benar, Papa mulai menyuruh saya mencari pria batak karena orang Manado itu tukang selingkuh, tukang kawin, pokoknya tidak benar. Mendengar kata-kata Papa yang terlalu subyektif dan mengeneralisasi suatu suku membuat saya tidak betah. Saya harus bicara dan mengungkapkan apa yang ada dipikiran saya.

Saya katakan kalau selama ini saya punya teman pria batak tetapi mereka tidak bisa memberi saya teladan. Entah ada yang kuliahnya tidak benar, suka merayu sana sini, merokok..Papa tidak setuju dengan standar saya yang terlalu tinggi karena saya katakan kalau saya melihat seorang pria merokok pasti saya akan blacklist dia dari daftar calon pasangan hidup.

Paman yang baru selesai makan pun ikut angkat bicara. Kalau lebih baik orang batak, orang batak ada pagar yang menjaga, ada keluarga besar..Kalau saya menikah dengan orang yang bukan batak, keturunan saya akan hilang dari peredaran persekutuan orang batak...Banyak alasan yang bisa saya terima tapi tidak bisa saya hidupi...

Dengan tegas akhirnya saya katakan kalau tidak bisa mengatakan orang Manado seperti ini atau orang Batak seperti itu...Memang kebanyakan mungkin mereka seperti itu, tapi jika kita belum mengenal mereka secara personal dan kita sudah memasang cap di wajahnya kalau dia seperti 'ini' itu bukan hal yang baik...Buat saya pribadi itu adalah hal yang tidak adil. Seorang tersangka saja dalam pengadilan diberi kesempatan untuk membela diri, nah ini orang yang tidak pernah menyakiti keluarga saya, tidak pernah melakukan yang jahat, bahkan mereka belum pernah berbincang-bincang...mereka sudah memasang hukuman untuknya.

Saya bukan cuma membela Gerry sebagai calon pasangan hidup saya, tapi saya ingin membuka paradigma orangtua saya. Tidak apa-apa mereka dengan adat yang kental, tapi sisi kemanusiaan dan kasih harus tetap harus menjadi yang paling utama.

Kenapa saya mau bersusah payah membela Gerry dihadapan orangtua saya? Padahal saya juga bisa membangun hubungan diam-diam...

Inilah asalannya...

Saya mulai dekat dengan dia dengan mengandalkan Tuhan dalam hidup saya. Saat kami berkomitmen pun, kami percaya kalau Tuhan ada dipihak kami...Apakah pantas kalau kami memiliki hubungan diam-diam? Bagaimana kami bisa menjadi berkat jika kami main belakang?

Saya hanya ingin mengawali komitmen saya bersama Tuhan dan mengakhirinya juga bersama Tuhan. Yang saya percaya, apa pun yang tidak berasal dari Tuhan akan diruntuhkan dari hubungan kami dan yang tersisa adalah apa yang dari Tuhan.

Kami ingin hubungan kami bisa jadi inspirasi bagi orang lain karena itu, masalah seperti suku atau apa pun yang tidak berasal dari Firman, pasti akan kami lewati. Karena kami percaya Tuhan dipihak kami.

Dan saya percaya, waktu kami melewati ini semua bersama Tuhan..Orangtua saya akan melihat bahwa hubungan kami pun bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja meskipun kami masih muda. AMien.

0 Comments