Surat Untuk Adik-Adikku: Untuk Apa Kamu Melayani?

Hi Dik, Kakak sudah baca suratmu yang terakhir. Kakak mengerti perasaanmu. Melakukan A tapi hatimu ingin melakukan B.




Kakak pernah dalam situasi itu. Mengambil sebuah pelayanan karena dianggap mampu untuk melakukannya. Untuk beberapa saat Kakak bisa menjalani pelayanan itu. Pelayanan apa? Tim penyembahan. Menyembah Tuhan di depan orang banyak. Setiap kali melayani, Kakak selalu mengingatkan diri sendiri, lakukan untuk Tuhan. Bangkitkan roh sendiri dulu baru bisa bawa jemaat untuk antusias nyembah Tuhan. Kakak memang cuma singer, tapi Kakak percaya spirit seorang singer bisa menolong Worship Leader bisa memimpin dengan maksimal.

Sampai di satu titik, Kakak merasa lelah. Kakak merasa melayani tanpa tujuan. Iya, Kakak berusaha maksimal setiap kali melayani, tapi Kakak tidak punya tujuan selain "saya mau membantu karena saya bisa."

Saat itu Kakak merasa seperti memberikan sampah kepada Tuhan. Kakak melakukannya untuk Tuhan, tapi untuk gereja, untuk tim penyembahan. Kakak berpikir seolah-olah tim penyembahan tidak akan jalan kalau tidak ada Kakak. Bodoh kan? Narsis dan besar kepala. Buktinya sekarang mereka malah lebih hebat.

Kamu tahu, Dik? Itu hal ternekad yang pernah Kakak lakukan. Kakak mengundurkan diri dari pelayanan di menit-menit kami harus naik mimbar. Kakak merasa muak pada diri sendiri harus melayani dengan hati yang setengah-setengah. Seperti memberi sampah pada Tuhan.

Jika dipikirkan saat ini, Kakak merasa cara berpikir Kakak berlebihan saat itu. Tapi Kakak hanya berusaha jujur pada diri sendiri.

Lalu, akhirnya Kakak mengambil pelayanan yang selalu Kakak rindukan. Seni Peran. Pelayanan di mana aku bermimpi tentang Teater Kristen, menyampaikan pesan Tuhan dengan lebih hidup, menegur dan mengajar jemaat tanpa membuat jemaat merasa dihakimi.

Kamu tahu, di pelayanan ini juga Kakak belajar tentang kerendahan hati. Rendah hati menerima naskahmu yang kamu buat diotak atik bahkan mungkin tak dipakai. Rendah hati merombak idemu agar pesan Tuhan benar-benar sampai ke jemaat. Rendah hati terlihat jelek demi berjalannya sebuah cerita.

Di pelayanan inilah Kakak merasa memberikan apa yang ada di dalam diri Kakak sepenuhnya buat Tuhan.

Jadi, jika kamu melayani hari ini, untuk apa kamu melayani,Dik? Jika kamu jadi penerima tamu, kenapa kamu mau melakukannya? Jika kamu melayani dekorasi, mengapa kamu mau melakulannya?

Melayani bukan cuma sekedar kamu bisa dan mampu melakukannya, tapi apakah kamu memberikan hati dan hidupmu di dalamnya supaya orang lain merasakan Kasih Tuhan??

Temukan panggilan itu,Dik. Di mana kamu bisa memberikan hidupmu sepenuhnya dalam sebuah pelayanan.

Jangan lupa berdoa dan tanya Tuhan. Semoga kesaksian kakak bisa membantumu :).

Kolose 3:23 (TB) Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.


0 Comments