Ucapan Syukur Yang Jadi Batu Sandungan

Yeeaay, menulis lagi. Babe mengingatkan saya terus supaya terus menulis walau ujungnya bukan penulis profesional.

Tuhan suruh nulis, Tuhan juga yang beri hikmat untuk menulis apa.

Tadi, waktu siap-siap makan siang, Roh Kudus mengingatkan tentang cara bersyukur. Iya, bersyukur ada caranya juga ya.

Selama ini kita selalu belajar bersyukur dalam segala situasi. Bagus sekali bukan?? Tapi, ternyata ada ucapan syukur yang bukan jadi berkat malah bisa jadi batu sandungan buat orang lain.

Ucapan syukur yang seperti apa? Ucapan syukur yang membandingkan diri kita dengan orang lain.

Sering tidak kita bersyukur seperti ini??


" Gua bersyukur keluarga gua normal-normal aja, ga ada acara pukul-pukulan & sampai KDRT."

" Puji Tuhan gua ga milih dia. Kalau dulu gua pilih dia, mungkin sekarang gua yang kayak gitu."

" Syukur anak gua baik-baik. Ga nyusahin kayak itu anak."

" Terima kasih Tuhan, gua lulus tepat waktu. Ga kebayang kalau gua lama lulus kayak dia."

" Duh, syukur gua bisa kerja dari rumah. Bisa ngawasin anak. Ga perlu kerja kantoran, pakai diomelin bos. Usaha juga ga perlu buka toko & modal gede."

Hehehe, yang terakhir kayaknya tahu yaa.

Iya, Tuhan tegor saya dengan cara saya berbisnis. Tegoran yang ujung-ujungnya ke cara saya bersyukur.

Waktu kita mengucapkan syukur, bukankah kita ingin ucapan syukur kita jadi berkat? Berharap akan banyak orang bisa mengucap syukur juga atas hidup mereka. Dengan begitu, akan makin banyak orang yang hidup berbahagia.

Bagaimana kalau ucapan syukur kita seperti di atas & didengar orang-orang yang mengalami sebaliknya dari hidup kita. Coba kita bayangkan menjadi mereka. Apakah mereka merasakan berkat dari ucapan syukur kita??

Ucapan syukur kita malah akan membuat orang terpuruk dalam rasa putus asa, amarah, & tidak berdaya bukan? Efek positif yang kita harapkan, berakhir sebaliknya.

Pernah dengar ayat ini?

Lukas 18:9-14
 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Luke 18:9-14  And he spake also this parable unto certain who trusted in themselves that they were righteous, and set all others at nought:
Two men went up into the temple to pray; the one a Pharisee, and the other a publican.
The Pharisee stood and prayed thus with himself, God, I thank thee, that I am not as the rest of men, extortioners, unjust, adulterers, or even as this publican.
I fast twice in the week; I give tithes of all that I get.
But the publican, standing afar off, would not lift up so much as his eyes unto heaven, but smote his breast, saying, God, be thou merciful to me a sinner.
I say unto you, This man went down to his house justified rather than the other: for every one that exalteth himself shall be humbled; but he that humbleth himself shall be exalted.

Jangan sampai ucapan syukur kita mengandung kesombongan & merendahkan situasi atau orang lain. Mari sama-sama kita menguji hati kita saat ucapan syukur terlontar dari mulut kita.

Yuk marii!


1 Comments

  1. jadi tertegur juga mbaca ini, kalo bersyukur yg ga benar tuh suka beda tipis dengan nyukurin orang sih emang..

    BalasHapus