Untuk Adik-Adikku: Hormati Mereka Yang Lebih Tua Darimu


 Hi, Dik!

Lama tidak menulis surat untukmu. Maaf kalau aku membalas terlalu lama. Semakin banyak yang harus aku pikirkan dan kerjakan. Tentu saja itu tidak bisa menjadi alasan untuk aku tetap selalu mendukungmu.
Di suratmu kemarin kau menceritakan tentang masalahmu dengan pemimpinmu. Pemimpin yang jauh lebih tua darimu. Memang kau tidak bermasalah secara tidak langsung tentangnya, tapi dari tulisan-tulisanmu, aku melihat bahwa kau memang kurang sependapat dengan pandangan-pandangannya.


Dik, aku akan selalu mengatakan ini padamu, aku pun pernah muda sepertimu. Saat membaca ceritamu, aku jadi teringat masa-masa remajaku. Aku begitu antusias mengikuti Tuhan. Banyak kebenaran  dan ‘kebenaran’ yang dinyatakan padaku. Aku begitu bersemangat menerima semua hikmat yang Tuhan berikan lewat buku, lewat sekelilingku. Rasanya duniaku menjadi lebih terang dan aku merasa yakin dengan setiap langkahku.

Namun setiap pengetahuan memang harus selalu diuji. Setiap hikmat harus disaring dan dipilah dengan seksama. Itulah saat-saat dimana aku sering berdebat dengan Papa dan Mama tentang iman, tentang hidup.

Kau pasti tahu cerita bagaimana aku berjuang mendapatkan restu dari Papa dan Mama untuk pernikahanku dengan suamiku. Aku ingat saat duduk di meja makan dengan Papa, Mama, dan Paman di sana. Mereka menyidangku atas keputusanku memilih suamiku hari ini.

Mereka menyatakan pendapat mereka dan menyudutkanku dengan berbagai sudut pandang yang menurutku salah dan tidak Alkitabiah, tidak berdasarkan firman. Kau tahu, Dik? Saat itu aku melawan dan mengungkapkan pandanganku dengan lantang. Papa dan Mama kaget, apalagi Paman. Paman mengenalku sebagai anak yang penurut dan selalu mendengarkan apa kata orang tua. Tapi hari itu aku menjawab perkataan orang tuaku layaknya seorang pemberontak. Aku begitu ingin mengatakan pada mereka bahwa pandangan mereka salah besar.

Ya, aku memang penurut. Ya, aku memang sangat patuh pada Papa dan Mama... Tapi jauh di dalam hatiku yang paling dalam, aku adalah orang yang keras, Dik. Aku bisa mengikuti perkataan orang lain dan bertoleransi saat pandangan mereka masuk akal dalam pikiranku, tapi saat pandangan mereka tidak sejalan dengan pikiranku, aku akan dengan keras melawan. Aku akan mempertahankan pikiranku. Itulah yang saat itu aku lakukan. Papa dan Mama tahu watakku ini, tapi Paman tidak.

Yang paling penting perlu kau tahu, aku sendiri terkejut dengan diriku yang seperti itu. Aku seperti melihat borok di wajahku. Aku melihat ada yang busuk di hatiku. Tuhan memperlihatkannya dengan gamblang. Kesombongan.

Darah mudaku membakarku untuk tetap mempertahankan pendapatku dengan kuat. Aku tahu aku yang benar, aku tahu pandanganku seturut apa kata Tuhan. Tapi, hari itu Tuhan tidak disenangkan dengan tindakanku.

Hari itu, Tuhan mengijinkanku melakukan kesalahanku itu untuk memperlihatkan siapa diriku sebenarnya. Kesombongan yang menguasai pikiranku, yang membuat diriku menganggap setiap pandanganku paling benar, membuatku memandang orang tuaku tidak lebih bijak daripada diriku yang lebih muda. Aku merendahkan mereka.

Sayangnya, bagi Tuhan hukum-Nya masih berlaku

“ Hormatilah ayahmu dan ibumu...”

Tuhan tidak terkesan dengan pengetahuanku akan Firman-Nya, Ia juga tidak terkesan akan pandangan-pandanganku yang penuh hikmat karena semuanya aku bangun di dalam kesombongan dan rasa tidak hormat.

Tuhan menegurku dengan keras tentang hal ini dan hari itu juga aku bertobat. Sekalipun pandangan mereka salah, Tuhan ingin aku mendengarkan mereka sebagai tanda hormatku pada mereka. Sekalipun aku tidak sependapat, Tuhan aku ingin berbicara dengan rasa hormat pada mereka.

Rasa hormat, itulah cara Tuhan mengajarkan aku mengasihi orang tua kita.

Apa sangkut pautnya dengan pemimpinmu, Dik?? Aku hanya ingin mengatakan bahwa sekalipun padangan orang-orang yang lebih tua dari kita itu kolot, salah, tidak berhikmat dan terkadang mereka membuat banyak kesalahan, tetaplah taruh rasa hormat pada mereka. Tuhan akan lebih disenangkan dengan hal itu dibanding  pelayanan yang hebat dan perkataan yang penuh hikmat.

Aku tidak berkata kau harus selalu setuju dengan mereka, tidak. Tapi jangan pernah mengurangi rasa hormat pada mereka yang lebih tua, apalagi mereka yang menjadi pemimpinmu.

Kita orang muda sekarang ini sangat kurang menunjukkan rasa hormat pada mereka yang lebih tua. Saat mereka memberi kita banyak larangan dan batasan, kita akan mengatakan mereka kolot dan bodoh. Padahal, Dik.. Coba kita pikirkan, siapa yang lebih lama hidup?? Kita atau mereka?? Pengalaman mereka tentu lebih banyak.

Ya, mungkin pengetahuan kita lebih maju dan bisa diaplikasikan di masa ini. Tapi, itu hanya akan menjadi modal dasar. Belajarlah dari pengalaman mereka agar pengetahuanmu diaplikasikan dengan lebih sempurna.

Kalau mereka, seperti yang kau katakan, tidak bisa memberi teladan yang baik. Jangan kurangi rasa hormatmu, belajarlah dari kesalahaan mereka dan jangan jatuh di lubang yang sama. Ingat pula, bahwa ia masih manusia sama sepertimu. Jangan hakimi mereka, jangan tuntut mereka.

Aku berkata seperti ini bukan karena aku lebih baik darimu.. Hehehe.. tentu saja tidak. Tapi, aku hanya ingin kau tidak jatuh di lubang yang sama sepertiku. Kau masih muda, akan ada banyak hal menantimu. Kalau hari ini kau tidak mengerti dengan apa yang aku katakan dan tidak setuju, tidak mengapa. Aku hanya merasa perlu mengatakannya, mungkin suatu saat kau akan mengingatnya.

Jadi, apa pun hari ini masalah yang kau hadapi dengan pemimpinmu, ingatlah mereka berjaga-jaga atas hidupmu. Doakan mereka dan dukung mereka.

Aku akan menunggu kabarmu lagi. Jangan bosan-bosan menyuratiku ya, Dik. Andalkan Tuhan dalam setiap langkahmu. Ingatlah, bahwa Dia adalah jawaban dari semua masalah. ^^

Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 1 Tim 4: 12-13.

Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “ Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” 1 Pet 5:5



0 Comments