Siapa Yang Salah??

Suatu hari, di saat OSIS sedang mengadakan acara besar dan mengundang banyak sekolah, kepanitiaan kami mengalami beberapa masalah. Salah seorang guru dari sekolah memanggil PIC A (perempuan) dari salah satu pertandingan dan menanyakan tentang jadwal. Mungkin karena sudah tertekan dan lelah, PIC A ini memanggil PIC B yang menangani pertandingan lain yang memang seharusnya ia yang menjawab. Waktu saya menanyakan ada apa, PIC A menanggapi dengan penuh emosi dan menyalahkan PIC B di depan guru tersebut. 

Saya waktu itu agak shock dengan reaksi PIC A dan agak malu pada guru tersebut. Bagaimana pun sebagai pembina OSIS saya mengharapkan anak-anak binaan saya bisa saling menolong dan mendukung, kompak dan tidak bertikai. Ya, tapi waktu itu saya menahan diri untuk menegur mereka saat itu juga. Sama halnya sepertinya mereka, saya juga tidak mau ditegur di depan umum.


Setelah masalah selesai, saya memanggil mereka berdua dan mengajarkan apa yang sudah saya dapatkan selama saya di organisasi waktu saya masih 'muda'. Jika ada masalah, jangan bertengkar di depan tamu, fokus pada pemecahan masalah, dan jadikan bahan evaluasi. Selesai perkara dan tidak ada acara saling menyalahkan. Justru seharusnya di dalam tim, kalau salah satu anggota membuat kesalahan, anggota lain harus membantu menyelesaikan dan setiap anggota, secara personal, harus bertindak hati-hati agar timnya tidak terbawa masalah yang dia buat sendiri.

Nah, kita perempuan.. Apakah kita orang-orang yang bisa bermain dalam tim dengan baik?? Tidak jarang, pada saat dalam masalah dan kesulitan, kita perempuan adalah orang paling pertama yang akan mencari-cari siapa yang salah. Benar tidak??



Bahkan pada saat mood kita sedang tidak bagus (mungkin karena PMS), kita akan mencari-cari cara supaya bisa menyalahkan sesuatu agar badmood  kita terasa masuk akal. Betul atau betul??

Ini bukan hanya tentang menyalahkan orang lain atau situasi loh yaaa, kita perempuan juga ga jarang menyalahkan diri sendiri. Bisa dibilang kita adalah makhluk yang sangat menikmati intimidasi. Mungkin karena itu juga kita jadi sangat penurut. Menurut karena takut...hehhehe..Bukan karena rasa hormat dan kasih.

Ya, saya salah satu dari perempuan yang punya kebiasaan-kebiasaan buruk itu. Tapi, di kelas-kelas Pra Nikah, saya mendapat pelajaran besar, kita tidak akan menyelesaikan masalah dengan mencari siapa yang salah dan apa yang salah. Tidak akan menolong sama sekali. Tapi waktu kita bersepakat dengan siapa pun untuk menyelesaikan masalah, di sana ada win-win solution. Saling menyesuaikan dan saling belajar.




Gampang tidak?? Tentu saja tidak! Misalnya kenyataannya memang bukan kita yang salah, kita harus merendahkan diri supaya bisa menyelesaikan masalah bersama-sama. Rasanya harga diri seperti diturunkan yaa... Tapi jika kita melakukannya karena kasih (ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong) pasti akan ada jalan keluar.



So, kita perempuan, mari sama-sama belajar untuk tentram dan tenang, penuh belas kasih dan hikmat serta bijaksana dalam bertindak. Berhenti menyalahkan situasi, berhenti menyalahkan orang lain, dan berhenti menyalahkan diri sendiri. Masalah ada tantangan yang Tuhan berikan untuk bisa kita lewati. Tuhan memberi tahukan caranya dan dia bertanding bersama kita sampai di garis finish. Jika tantangan satu sudah kita lewati, Dia akan berikan tantangan berikutnya. Jadi, nikmati dan tetap bersukacita :D (ngomong sama diri sendiri juga).

.... hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Filipi 2:2-4

0 Comments