Pelajaran Pra-Nikah: Waktu Rencana Pernikahan Tidak Sesuai Rencana

Akhir-akhir ini pengen 'mecahin' kepala rasanya. Pengen peras isinya dan keluarin racun-racun di dalamnya. Kenapa sih? Kenapa sih??

Lagi-lagi masalah persiapan pernikahan. Entah kenapa jadi tertekan. Makin dibicarakan dengan orang lain, jadi makin tertekan. Kalau cuma membicarakan sama Aki, kita bisa tenang aja karena apa yang kita mau sama. Tapi kalau sudah diomongin ke teman, saudara, Papa & Mama ... Mereka akan komentar ini dan itu dan kasih saran ini dan itu yang bikin kepala mau pecah. Bukannya ga menghargai pendapat mereka. Tentu saja mereka pengen pernikahan kami ga biasa-biasa saja, tapi tetap saja tiap mendengar komentar " Ih, kok cuma segitu. Apa kata orang." -- ini kata-kata Nyokap banget, rasanya langsung kayak ditiban beton. Rasanya pengen ngelawan dengan ngomong, " Ngapain mikirin apa kata orang?? Toh, orang bukan penentu kebahagian keluarga kami." -- tapi belajar nahan lidah. Gigit lidah.

Kemarin-kemarin juga menghadiri resepsi pernikahan temen, makin lama makin tertekan. Yang ada di kepala, " Cuma buat kayak gini??" ... Duhhh... Frustasi banget. Sampe saya dan Aki berharap bisa bikin sesuatu supaya orang ga cuma mikirin makan kalau datang ke resepsi kami. Mungkin drama atau apa yang bisa menghibur para tamu...

Cuti 4 hari di rumah ga bikin tambah tenang, Papa n Mama pusing soal biaya pesta adat, tapi bisa keluarin dana semaunya. Sudah jait baju pengantin, tahu-tahu jait lagi yang lain dengan alasan bahannya kurang bagus dan pasti saya bakalan ga nyaman. Maksud Mama baik banget mikirin saya, tapi rasanya ga rela liat Mama musingin hal yang ga enak di hati saya. Maksud saya, bukan yang esensi.

Kalau bayangin semuanya kembali ke rencana awal, cuma pemberkatan saja, semuanya sudah beres 75 persen. Saya dan Aki mungkin tinggal ongkang2 kaki saja. Walaupun pada akhirnya kami tidak membiayai pesta adat atau resepsi, tetap saja mau tidak mau pasti ada A-Z yang harus dipikirkan. Mulai menyediakan waktu ini dan itu, bantu menyediakan tempat, mikirin flow acara, bla.bla..bla...

Hikss... Maaf yang baca. Saya benar-benar lagi buang sampah. Sebenarnya saya harusnya bersyukur kalau orang tua saya mau membiayai semua biaya pesta adat tanpa membebaninya pada keluaraga Aki. Saya dan Aki ga perlu pusing. Cukup menyediakan waktu. Entah kenapa saya malah jadi ikutan pusing.

Tadi baca blog Mega dan diingatkan ayat ini ...

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. Habakuk 3:17-19



Lagi ga banyak bersyukur, padahal Tuhan udah kasih banyak. Kudu mulai hitung satu-satu lagi berkat Tuhan. Yaaa.. mungkin akibat PMS juga (sorry PMS hanya kau satu-satunya kambing hitam supaya saya berhenti mengeluh).

Sekarang balik lagi ke prinsip, Pray and Just Do It!! Makin dipikirin hanya bikin tenaga masih habis...

Jadi mari kita hitung berkat;
1. Terima kasih Tuhan karena sudah atur semua dana, vendor, pernikahan kami sampai sekarnag
2. Teirma kasih Tuhan atas kelembutan hati Papa & Mama yang mau mengerti keadaan dana Om & Tante
3. Terima kasih Tuhan ada teman-teman yang begitu baik hati mau memberi diri membantu baik secara tenaga, dana, dan doa.
4. Terima kasih Tuhan sudah menjaga Lasma dan Gerry sampai hari ini
5. Terima kasih Tuhan karena membuat cerita kami menjadi sedemikian rupa hingga cerita kami akan menjadi kesaksian yang hidup untuk kemuliaan nama-Mu
6. Terima kasih Tuhan karena tetap menjaga hati Lasma dan Gerry supaya tetap bersyukur dalam keadaan apa pun, sekalipun ga sesuai keinginan kami yang pengen sederhana, malah jadi mewah-mewahan (ini bukannya biasanya kebalik ya? akakkaka).
7. Terima kasih Tuhan untuk setiap proses.. Lasma tahu ini pelatihan untuk sampai ke pernikahan yang sebenarnya. Kalau hari ini Lasma ga bisa tenang dan tentram, gimana nanti kalau ketemu hal yang lebih sulit..

Terima kasih untuk semuanya, Tuhan. Lasma percaya, Tuhan sudah sediakan yang terbaik. Kau sudah punya banyak kejutan yang Engkau siapkan. Tuhan bukan tuhan yang biasa saja karena itu cerita kami ini ga mungkin cerita yang biasa saja.

Bukan Lasma dan Gerry saja yang belajar iman, pengharapan, dan kasih, tapi juga orang tua kami, keluarga kami. Terima kasih Tuhan. Semuanya hanya tentang Engkau, Tuhan. Semoga cerita kami bisa menguatkan orang lain supaya mereka bisa semakin percaya pada-Mu. Semakin menggantungkan pengharapan-Nya pada-Mu dan semakin mengasihi-Mu. Lalu mereka akan melihat bahwa Engkaulah Tuhan yang hidup. Benar-benar hidup.
Terima kasih, Tuhan. I love You.




2 Comments

  1. wakkssss, enak banget ma, gak mesti mikirin biaya pesta adat *ngiri* hahahahaha. Bersukacita buuuuu...bersukacita! Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah! ^^

    BalasHapus
  2. Akakakka.. iya, Meg. Bener-bener belajar bersyukur saat keadaan ga sesuai keinginan. Belajar bersukacita senantiasa saat berada di bawah tekanan.

    BalasHapus