Pelajaran Pra Nikah : Komunikasi Itu (Bukan) Kerja Keras




Kalau misalnya neh teman-teman sudah dalam masa pra-nikah kadang-kadang pasti akan menemukan masalah (jangankan pra-nikah) dengan pasangan. Lucunya sih ya, masalahnya mungkin sepele, cuma karena misskomunikasi.

Nah, saya dan Aki jarang konflik, tapi sekali konflik biasanya karena satu ‘nona’ ini. Kenapa ya bisa kayak gitu??

Beberapa bulan lalu saya baru menemukan cara komunikasi aki terhadap orang lain dan terhadap saya. Aki itu kalau menjelaskan sesuatu bahasanya berat. Akakakak…Mungkin karena kebanyakan baca buku sama nonton film berat. Sedangkan saya orang yang kalau bicara yang sederhana saja. Langsung dan to the point dan bahasa sehari-hari yang lebih bisa diterima orang-orang awam. Yang ga bikin otak saya kerja keras (dasar males neh).

Tapi bukan itu saja. Aki juga kalau komunikasi kadang kurang detail, sedangkan kalau saya mendapat informasi harus pakai 5W 1H.

Pernah satu hari kita mau pergi latihan P-sran. Rencana awalnya Aki mau jemput di dekat tempat latihan, tapi kemudian dia menawarkan diri untuk menjemput dan ambilkan helm dirumah. Saya setuju. Ternyata sebelum acara sekolah dimulai saya masih sempat pulang ke kosan untuk ambil helm. Saya beri tahu Aki dan Aki bilang ‘ Ya udah’. Sebenernya udah berasa aneh arti dari kata Ya udah itu, tapi entah kenapa saya ga nanya Aki lebih lanjut.

Saat acara di sekolah selesai dan tidak sempat komunikasi sama Aki lagi, waktu saya cek hp, Aki sms, dia sudah berangkat. Saya telepon untuk ngecek, berangkatnya langsung ke tempat latihan atau ke sekolah dulu buat jemput saya. Tapi namanya sudah di jalan, Aki tidak angkat-angkat.

Saat itu saya bingung, saya mau jalan ke tempat ketemuan sendirian saja atau tunggu Aki di sekolah. Kalau saya jalan sendirian, saya takut Aki ternyata jemput ke sekolah. Akhirnya saya tunggu. Saya tunggu 1 jam dan Aki tidak muncul-muncul. Saya telepon berkali-kali tidak diangkat juga.

Baca juga INI AKU ADA APANYA ... 


Anehnya, saya tidak berpikir untuk jalan sendirian saja. Tetap berpikir kalau nanti saya jalan jangan-jangan Aki jemput di sekolah.

Akhirnya Aki telepon dan bilang, dia sudah di dekat tempat latihan dimana kami janjian ketemuan di rencana sebelumnya. Waktu itu saya kaget dan bilang kalau saya menunggu di sekolah sudah 1 jam lebih. Ada rasa kesal sekali karena ketidak jelasan yang ada. Aki juga kedengaran kesal dan akhirnya memutuskan menjemput saya lagi di sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari tempat janjian T.T (kalo inget ngerasa bersalah deh).

Waktu dia sampai saya sempat protes sms Aki yang tidak jelas dan kelanjutannya saya diam dan dia diam. Saya mau marah-marah dan ngomel lebih lanjut. Mau membela diri dan kritik cara dia komunikasi. Tapi pelan-pelan hati kecil ingetin kalau ga ada yang perlu dipermasalahin. Cuma miss komunikasi. Hargai Aki yang udah cape-cape dari Kuningan ke Cengkareng, dari Cengkareng ke Kebon Jeruk, dari Kebon Jeruk ke Daan Mogot naik motor nonstop gara-gara masalah kayak gini sementara gua Cuma nunggu 1 jam di tempat yang nyaman. Kalau saya ngomel atau ngambek, saya ga akan menyelesaikan masalah yang ada bikin perpecahan.

Tiba di tempat latihan kami ga banyak ngomong, tapi masih berasa ga enakan. Sampai akhirnya ngobrol-ngobrol sama teman-teman pelayanan lain dan Aki pun cerita tentang kejadian menyebalkan itu dan saya hanya bisa memasang tampang nyengir.

Pulang dari latihan kami sudah biasa, tidak ada segan atau merasa bersalah atau kesal. Setidaknya saya sedikit menunjukkan pada dia juga kalau saya mengerti kejadian itu juga membuat punggung dia sakit karena kebanyakan duduk. Saya ingin sekali membela diri, tapi akhirnya tetap say sorry. Kami belajar kalau saat itu memang komunikasi kami sangat buruk.

Dari situ saya belajar bertanya lebih jelas kalau Aki memutuskan sesuatu dan Aki sendiri juga belajar memberikan informasi yang lebih detail saat memberitahukan sesuatu pada saya.

Dari saya sendiri saya belajar untuk tidak akan berdiam diri kalau saya belum mendapatkan informasi yang benar-benar jelas dan saya mengerti. Apa yang diinfokan Aki harus saya mengerti sama persisi dengan apa yang Aki pikirkan. Kalau belum seperti itu, saya harus lebih banyak bertanya dan memperjelas. Biar saja Aki kesal dan menganggap saya bodoh.. Akakakka.. (tapi dia tidak begitu sih) daripada kami tidak nyambung dan ujungnya masalah yang lebih tidak enak.

Jadi, komunikasi itu (bukan) kerja keras. Kerja keras kalau kita Cuma mikirin apa yang kita pikirin, bukan kerja keras kalau kita mau berusaha mengerti pasangan atau lawan bicara kita :D. Kalau bisa ngerti apa yang dimaksud Aki, rasanya puas juga sih. Akakakka…berasa kompak. Halahh…

0 Comments