Suatu Hari Di Ibadah Minggu

Satu minggu yang lalu saya bertengkar dengan Aki dan lumayan bikin hati sesek napas. Masalahnya sih sepele, soal komentar Aki di FB yang saya merasa ga empati dengan job  saya sebagai seorang pembina OSIS.

Emang dasar orang kolerik kali ya, Aki bilang saya terlalu sensitif. Pas bener saya lagi tertekan, orang yang tidak bisa dikritik seperti saya ini, makin nyesek denger kata-kata Aki. Makin ngamuklah saya dan entah kenapa saya lumayan merasa terluka.

Nangis seharian.. Ngerasa ga dimengerti, Aki orangnya begini dan begitu..semuanya yang jelek-jelek saya ingat-ingat. Hati terus bilang untuk mengampuni, tapi susaaaaaaahhh banget. Takut ngalamin hal yang sama lagi.

Kalau pun Aki bersikap kayak begitu lagi, saya pengen berusaha cuek biar ga terluka, tapi masalahnya cuek saya itu bukan cuek karena damai sejahtera tapi cuek karena mengeraskan hati yang pasti biasanya ujung-ujungnya numpuk sampah di hati.

Akhirnya telen bulet-bulet saja amarahnya. Udah diberesin sama Aki juga masih ganjel. Ga tau sebenernya saya sendiri ini maunya apa. Aki juga udah minta maaf, tapi kok susah banget buat ampunin. Tiap inget mau nangis lagi dan lagi... Seseeeekkk banget...

Masalah sesak-sesak ini selalu saya sangkut pautkan dengan kepahitan saya dengan salah satu teman saya. Pasti ujung-ujungnya ke sana. Ga ngerti orang, ngerasa dimanfaatin dsb..dsb...

Cape beneran deehhh.. Tau kebenaran tapi mentok ga tahu harus ngapain...

Sampai hari Minggu kemaren, waktu di bus balik dari Cilegon menuju ke Jakarta, saya chit chat sama Babe. Nanya sama Dia, " Sampai kapan Tuhan ijinin Lasma kayak begini?? Tolong Lasma Tuhan... Capeeeee!!  Ga mau punya hati yang bopeng-bopeng kayak begini..."

Kata yang saya dapatkan atas doa saya cuma SABAR... Seolah proses ini masih akan lamaaaaaaaaaaaaaa...

Tapi saat itu juga Tuhan ingatkan tentang ayat ini...


Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
2 Timotius 2: 4

Saya terlalu banyak fokus dengan hidup saya sendiri, dengan masalah-masalah saya sendiri. Say tidak fokus pada Tuhan. Tidak fokus pada apa yang sedang Tuhan kerjakan...

Kalau dulu, ada masalah saya mikirnya cuma satu.. " Apa yang sedang Tuhan perbuat?"
Kalau sekarang yang saya pikirkan.. " Apa-apaan, nih!!??"

Terlalu banyak amarah keluar dari mulut saya, terlalu banyak keluh kesah. Terlalu banyak standar dan tuntutan yang tersimpan di hati saya.

Saya ingin orang-orang sekeliling saya mengerti saya... (kenyataannya mereka emang ga ngerti). Saya ingin mereka menolong saya di saat saya butuh pertolongan. Saya ingin melihat mereka mandiri. Melihat mereka mengandalkan Tuhan...bla..bla... Dari tuntutan yang duniawi sampai rohani semuanya ada... Tapi lama-lama saya lelah.

Terlalu banyak mendengarkan orang lain... Fokus pada apa kata orang, jadi teladan, hidup bener.. Tapi saya lupa sama pusatnya. HATI... Hati yang cuma tertuju sama Tuhan. Yang ga peduli orang yang saya kasihi berubah atau ga, yang penting saya mengasihi dia. Hati yang cuma mikirin Tuhan mikir apa, ngerasa apa.. Ga peduli orang menghargai saya atau tidak yang penting saya tahu Tuhan senang dengan apa yang sedang saya lakukan.

Hati seorang anak... Saya kehilangan itu. Hati saya sekarang busuk dengan keegoisan. Mikirin diri sendiri. Bahkan yang kelihatannya rohanii... " Gw pengen sharing karena keterbukaan adalah pemulihan!" tapi fokusnya apa? Diri sendiri... " Saya ingin pelayanan dan mengejar visi saya!!" tapi fokusnya apa? Visinya, bukan Tuhan... Giliran dibelokin dikit sama Tuhan langsung stress dan ngerasa ada yang salah.

Laluuu...
Saat di ibadah.. Luar biasa. Salah satu tim penyembahan berkotbah dan kotbahnya bikin saya nangisss... Bukan cuma karena isinya, tapi karena saya melihat orang yang benar-benar cinta Tuhan. Dari ekspresinya, dari suaranya.. Dia cintaaa Tuhaaaaaaaannn... Apinya menyala-nyala sama Tuhan... Pengen punya hati itu lagi.. ya, sebenarnya saya punya.. Tapi beku dan sedang bertahan untuk tetap hidup.

Kotbahnya itu tentang respon hati terhadap segala situasi... Situasi yang baik atau pun buruk. Di saat baik masikah kita mencintai Tuhan?? Di saat buruk masihkan kita mencintai Tuhan?? Paling menampar...

"...Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"

Maluuu bangeeettt... Hal manis dan baik mau saya terima dengan tangan terbuka, tapi hal-hal pahit yang sebenarnya mendatangkan kemuliaan tidak mau saya terima...

Padahal Tuhanlah yang empunya segalanya.... Hak saya untuk dimengerti, disayang, dihargai pun sebenarnya sudah saya letakkan di kaki Tuhan. Saya tidak punay hak apa-apa lagi. Lebih tepatnya.. Seharusnya saya sudah tidak mengeluh karena saya sudah menyerahkan hak saya ke pada Tuhan. Saya menjadi hamba sepenuhnya...

Jadi...
Hati ini masih belum pulih, tapi Tuhan memberikan kebenaran yang memerdekakan... Membuka mata saya.. Saya juga percaya tidak lama lagi saya juga pasti akan pulih. Karena saya punya Tuhan yang baik dan tidak pernah menyerah dengan hidup saya... Saya yang kadang keras kepala ini....

2 Comments

  1. #Peluk Lasmaaaa... Kaya rhema yang lagi aku renungin akhir2 ini : It hurts, but all is well and this too shall pass :) One day, kita akan menoleh ke belakang dan terpukau dengan apa yang Tuhan kerjakan pada hati kita^^ Menuju kesana, tetap setia dan nanti-nantikan jalanNya

    :)

    BalasHapus


UNFAMILIAR LOVER Semua orang seolah-olah bersepakat tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Hira 1 tahun yang lalu. Ingatan tentang penyebab kecelakaan yang dialami Hira, seolah tersapu bersih dari kepalanya. KLIK GAMBAR untuk lanjut baca

FREE DOWNLOAD CHRISTIAN ILLUSTRATION Ilustrasi-ilustrasi ini bisa kamu download secara GRATIS. Kamu bisa pakai ilustrasi ini untuk pelayanan dan penggunaan personal. KLIK GAMBAR untuk bisa lihat ilustrasi lainnya.

KAPAL KAWAN Inilah kumpulan cerita tentang persahabatan. Kisah cinta tanpa asmara bagai saudara walau tak sedarah. KLIK GAMBAR untuk baca GRATIS