SabathDay is A Gift From God

"How's your weekend, Lasma?" Bos saya selalu bertanya seperti itu di hari Senin dan hari ini saya menjawab seperti biasa " It was a bussy weekend, Sir.". Saya ceritakan tentang kelas Character Building yang saya pimpin dan dia katakan kalau saya terlihat sangat lelah.

Iya, saat ini saya memang lelah. Tepatnya ngantuuuukk...Ngantuk berat. Tapi karena sudah terbiasa, saya tidak merasa berat lagi. Bagaimana tidak lelah. Dalam seminggu saya tidak punya waktu untuk istirahat. Dari senin sampai minggu kegiatan saya full.

Hari Sabtu kemaren ke sekolah pagi-pagi untuk supervise guru-guru dari sekolah lain yang tes, siangnya pergi belanja kain untuk kostum. Malamnya saya nonton bola dan melihat kiper yang cidera leher, membuat leher saya yang sudah terasa tidak enak semakin tidak enak..Hehhehe..(bahkan disaat seperti ini saya masih berpikir kalau saya menonton berarti saya mendukung negara saya secara tidak langsung...=.=. Tanda cinta pada Indonesia..Preeett). Hari Minggu, pagi-pagi saya sudah harus bangun buat mencuci, menyiapkan bahan kelas Character Building, mengajar. Pulang mengajar, pergi ibadah lalu latihan. Pulang latihan ngobrol sama Aki soal masa depan..(lebih tepatnya masa lalu yang baru saya sadari saya masih luka dan banyak trauma).
Tidur jam setengah sebelas, tapi tidak benar-benar tidur karena banyak hal yang saya pikirkan, gumulkan, dan memikirkan apa saja yang harus kerjakan di hari Senin. Hari ini bangun jam 5 pagi, tidur setengah jam lagi, bangun lagi baca renungan dan Jawaban.Com yang menghibur dan menguatkan...Dan berangkat kerja...

Weekend saya seperti nonstop bekerja...Sampai saya bingung, hari Sabat kemana???

Saya seperti terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang menyibukkan. Sabtu tidak ada kegiatan, sering kali saya memikirkan untuk pulang ke rumah orang tua saya karena mereka sudah tidak ada yang menemani. Meluangkan waktu bersama mereka adalah cara saya untuk menunjukkan kalau saya masih peduli dan sayang pada orang tua saya (soalnya jarang smsan atau telepon).

Di sela-sela waktu kerja, kadang-kadang saya banyak memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk teman-teman saya yang sedang bergumul. Ingin mendengarkan cerita mereka dan mendukung. Hanya ingin mengatakan kalau semua pasti akan baik-baik saja. Ingin menunjukkan kalau saya peduli dan mereka tidak sendirian.

Di waktu luang yang lain saya memikirkan bagaimana bisa menyediakan waktu untuk bisa mentoring dengan anak-anak komsel. Supaya mereka tidak jadi anak-anak Tuhan yang terlalu individual dan cuek. Di sisi lain saya juga memikirkan bagaimana menyediakan waktu dengan Aki, supaya bisa quality time (yang ini masih bisa makan bareng kalau mau pergi latihan, tetap ngerasa memberi waktu sisa).

Saat sampai di kosan, akhirnya tepar,kadang-kadang masih bisa online sebentar sambil jatuh tertidur. I don't have any space for myself in my schedule or my mind. Saya tidak mengerti kenapa saya begitu pelit pada diri saya sendiri.



Sampai saat ini hari Sabat seperti hadiah buat saya. Hari dimana saya bisa tenang sendirian. Hanya ada saya dan Tuhan. Melakukan apa yang saya suka, iya, bukan melakukan sesuatu demi kebaikan orang lain...

*  Saya melihat diri saya yang seperti Martha, tidak memilih yang terbaik...

0 Comments