The Theory (Theory Makes You Stuck In The BOX)

Beberapa minggu belakang, entah kenapa saya diperhadapkan dengan obrolan tentang TEORY. Seperti yang orang banyak tahu, teori karena adanya perkiraan terhadap suatu hal, yang biasanya disebut dengan asumsi. Asumsi hanya akan menjadi asumsi kalau asumsi tersebut tidak dibuktikan.



Satu hari saya sedang mengobrol dengan sahabat saya di dalam kamar, sedangkan di luar kamar ada teman-teman satu gereja yang sedang komsel. Pembicaraan mereka sangat seru sampai mencuri perhatian saya. Salah satu dari teman saya itu membicarakan tentang bagaimana seorang Kristen yang semakin banyak tahu malah semakin menyebalkan di mata orang banyak.

Misalnya, larangan menggunakan adat waktu menikah yang sering disebut dengan menyembah berhala. Semua orang Kristen yang punya kepercayaan seperti ini akan terlihat aneh di mata orang lain dan saat mereka mempertahankan iman mereka dengan tidak mau melakukan adat akan terlihat menyebalkan (believe me it happened...) Saya bertanya-tanya benarkah iman orang seperti ini, karena pada akhirnya teman saya melihat hal tersebut sebagai batu sandungan, bukan berkat...Jadi??





Di pembicaraan yang lain, saya sedang ngobrol dengan salah satu sahabat saya. Ia menceritakan bagaimana ia memandag gereja tempat ia beribadah sebagai gereja yang munafik karena apa yang diajarkannya tidak masuk akal dan tidak masuk rasionya. Seperti misalnya 'pacaran' yang dianggap tidak alkitabiah. Ia menjabarkan arti dari pacaran dari kamus bahasa Indonesia dan bagaimana dulu tidak ada istilah pendeta tetapi sekarang ada dan berbagai macam istilah lainnya. Yang maksudnya adalah jaman sudah berubah, suatu hal yang wajar kalau gereja bisa menyesuaikan diri dengan istilah-istilah tanpa mengeneralisasikannya dengan cara negatif.

Waktu itu saya hanya bisa menjelaskan bahwa kita tidak bisa berpikir di dalam kotak dan melihat satu sisi sebuah masalah. Jika kita memakai satu teori atau asumsi pada satu hal, teori itu bisa saja salah. Yang bisa dilakukan hanyalah dengan melakukan pembuktian. Pembuktian dengan cara?? Bertanya lebih lanjut dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Jika tidak mau melakukannya lebih baik diam dan berhenti menilai.

Maksud saya di situ, kita tidak selalu benar. Apa yang kita nilai dan kita patok tidak selalu benar. Tuhanlah hakim dari semuanya. Jika ada satu atau beberapa hal tidak sesuai dengan hati nurani kita, bukan berarti mereka salah. Lebih baik ambil jarak dan katakan kita tidak sependapat dan tidak bisa mengikuti cara mereka.





Yang paling penting, BERTANYA PADA TUHAN, benarkah penilaian kita? Benarkah hati nurani kita yang sedang bicara atau hanya ketakutan akan standar dan ideliesme yang kita bangun akan runtuh, yang sebenarnya berdasarkan pengertian sendiri dan kita bangun dibawah dasar kesombongan, bukan kasih  ??

Back to our own opinion...We are not always right, but He is.


0 Comments